INVESTASI DI PROYEK MEIKARTA LIPPO CIKARANG - APAKAH MENJANJIKAN?

Berikut adalah hasil rangkuman analisa tentang investasi di proyek MEIKARTA LIPPO CIKARANG
(nara sumber : Darmawan Investment)

Lippo Cikarang (LPCK)
Berdiri di tahun 1987, Lippo Cikarang adalah anak usaha dari Group Lippo di bawah bendera Lippo Karawaci (LPKR). Perusahaan ini bergerak di bidang usaha property dan real estate dengan produk utama perumahan, pusat komersil dan kawasan industri. Lippo Karawaci sebagai induk usaha adalah perusahaan properti terbesar di Indonesia dengan penjualan mencapai 10 triliun dan aset 45 triliun. Saat ini Lippo Cikarang fokus pada pembangunan di bagian timur Jakarta dengan area meliputi Bekasi dan Cikarang.

Secara overall Lippo Cikarang adalah perusahaan yang sangat baik di sektor properti dengan ditunjang data sales, ROE, dan ROA. Untuk masalah keuangan pun tidak menjadi masalah karena perusahaan juga dibackup oleh Group Lippo. Pemilik dari Group Lippo yaitu Mocthar Riady juga tercatat berada di posisi nomor 8 orang terkaya di Indonesia tahun 2017 dengan kepemilikan harta USD 1,8 miliar atau Rp 23,9 triliun.

Efek Proyek Meikarta Terhadap LPCK
Di sini penulis akan menjabarkan logika sederhana proyek Meikarta :
Total Investasi : Rp 279 triliun
Investasi Lippo Group : (35%) 0.35 x Rp 279 triliun = 97,65 triliun, dibulatkan menjadi Rp 100 triliun
Margin rata-rata sektor properti : 50%

Estimasi total penjualan : 100 triliun x 2 (margin 50%) = Rp 200 triliun
Jika Lippo Group berhasil menjual properti ini habis dalam waktu 20 tahun, maka secara average akan ada penjualan Rp 10 triliun per tahun.
Top Sales LPCK = Rp 2 triliun

Dengan adanya proyek Meikarta ini tentunya proyeksi pendapatan perusahaan sudah teramankan dalam jangka waktu yang cukup panjang. Namun tentunya harus juga didukung dengan team penjualan perusahaan beserta dengan kondisi ekonomi. Kesuksesan LPCK dalam mengembangkan kawasan Cikarang terlihat dari pertumbuhan pendapatan dari Rp 120 miliar tahun 2016 menjadi Rp 1,4 triliun di 2016 ( kenaikan lebih dari 1.000% dalam waktu 10 tahun).

Berdampingan secara langsung dengan Lippo Cikarang tentunya bukan hal yang sulit bagi Lippo Group untuk menjual properti di Meikarta. Selain itu sudah ada akses menuju Meikarta melalui tol Cibatu, dan didukung juga dengan transportasi umum berupa LRT yang saat ini sedang dibangun. Diprediksi Meikarta akan menjadi pusat industri otomotif dengan adanya beberapa manufaktur besar seperti Honda, Toyota, Suzuki, Mitsubishi dan lainnya.

Valuasi Saham
Melihat harga saham periode Juni - Juli 2017 yang berada di kisaran Rp 4.200, PER perusahaan berada di angka 4,0 dan PBV di 0,7 maka saham perusahaan dapat dikategorikan undervalued. Padahal di kuartal pertama tahun 2015, harga saham LPCK berada di harga Rp 11.000 dengan PER = 7,4 dan PBV = 2,8. PER perusahaan memang cukup terjaga di bawah level 10 karena perusahaan memiliki kinerja pendapatan yang bagus.

Dibandingkan dengan perusahaan yang berkinerja baik di sektor properti juga, harga saham LPCK masih berada di bawah rata-rata harga market dengan PBV = 0,7. Saham yang cukup murah lainnya yaitu APLN (Agung Podomoro Land) dengan PBV = 0,5 dan MDLN (Modernland Realty) = 0,5. Yang lainnya masih memiliki PBV rata-rata di atas 1,0.


Kesimpulan
Terlepas dari seberapa baiknya proyek Meikarta, kita sebagai investor harus cukup waspada terhadap hal lainnya terutama kondisi ekonomi. Faktor utama yang menentukan keberhasilan proyek properti di daerah timur Jakarta (Bekasi, Cikarang) terletak di tangan para penyedia lapangan pekerjaan. 

Jika melihat dari pandangan investor saham, maka saham Lippo Cikarang bisa dipertimbangkan untuk dikoleksi dengan valuasi yang saat ini masih murah dan potensi yang dapat dihasilkan dari proyek Meikarta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DISCLAIMER

SIAPA CEPAT DALAM MELIHAT PELUANG, DIA YANG AKAN MENDAPAT KEUNTUNGAN!